🏆 Platform Live Streaming Olahraga #1 di Indonesia

🔥 HD Quality • 📱 Mobile Friendly • ⚡ Zero Lag • 🌍 24/7 Support

0
Live Sekarang
0
Penonton Online
🔥 HOT:
⚽ Manchester United vs Liverpool - 22:00 WIB 🏀 Lakers vs Warriors - 09:00 WIB ⚽ Real Madrid vs Barcelona - 02:00 WIB 🏀 Celtics vs Heat - 08:30 WIB ⚽ Bayern Munich vs Dortmund - 00:30 WIB

“Mungkin sekarang aku takut” – Tadej Pogačar terkesan rival GC meski sukses di pembuka eksplosif Critérium du Dauphiné

📝 Penulis: LiveSportLangsung 📅 Waktu Terbit: 10 Jun 2025 🏷️ Kategori: Prediksi

**”Mungkin Sekarang Saya Takut”: Pogaar Terkesan dengan Rival GC Terlepas dari Kesuksesan di Pembukaan Critrium du Dauphin yang Meledak-ledak**Tadej Pogaar, sang juara dunia, mungkin telah merebut kemenangan etape pembuka Critrium du Dauphin dengan gaya yang meledak-ledak, namun raut wajahnya di balik podium tidak sepenuhnya mencerminkan euforia.

Di balik senyum kemenangan, tersirat pengakuan akan kekuatan rival-rivalnya, terutama dalam pertemuan perdana “tiga besar” di tahun 2025 ini.

“Mungkin sekarang saya takut,” ujar Pogaar dalam konferensi pers pasca-balapan, ungkapannya yang jujur dan tidak biasa.

"Mungkin sekarang aku takut" – Tadej Pogačar terkesan rival GC meski sukses di pembuka eksplosif Critérium du Dauphiné

Kata-kata ini, diucapkan oleh seorang juara yang dominan, mengirimkan gelombang kejutan melalui dunia bersepeda.

Critrium du Dauphin, yang sering dianggap sebagai pemanasan krusial menuju Tour de France, menjadi panggung pertarungan epik antara Pogaar, Jonas Vingegaard, dan Remco Evenepoel.

Taktik agresif yang diperagakan Vingegaard dan Evenepoel, meskipun tidak membuahkan hasil langsung, jelas meninggalkan kesan mendalam pada Pogaar.

“Saya menyambut baik taktik agresif Jonas dan Remco,” komentarnya.

“Ini menunjukkan bahwa mereka siap bertarung.

Ini bagus untuk balapan, bagus untuk para penggemar, dan jujur saja, ini membuat saya tetap waspada.

“Analisis mendalam menunjukkan bahwa Pogaar tidak hanya memuji kekuatan rival-rivalnya, tetapi juga mengakui potensi ancaman yang mereka timbulkan.

Vingegaard, dengan kemampuan mendakinya yang luar biasa, dan Evenepoel, dengan ledakan kekuatan dan kemampuan time-trialnya, adalah kombinasi yang mematikan.

Statistik dari etape pembuka mengungkapkan bahwa Pogaar mencatatkan waktu tercepat dalam pendakian akhir, namun Vingegaard dan Evenepoel terus menempel ketat, hanya terpaut beberapa detik.

Perbedaan yang tipis ini menggarisbawahi bahwa pertarungan untuk jersey kuning di Tour de France tidak akan menjadi jalan mulus bagi Pogaar.

Dari sudut pandang pribadi, saya percaya bahwa pengakuan Pogaar akan ketakutannya bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kedewasaan dan respek terhadap rival-rivalnya.

Seorang juara sejati tahu kapan harus mengakui kekuatan lawannya, dan Pogaar telah menunjukkan bahwa dia tidak hanya seorang pembalap yang luar biasa, tetapi juga seorang atlet yang bijaksana dan strategis.

Dengan Critrium du Dauphin yang baru saja dimulai, kita dapat mengharapkan lebih banyak drama, intrik, dan pertarungan epik antara “tiga besar”.

“Ketakutan” Pogaar mungkin menjadi katalisator yang mendorongnya untuk tampil lebih baik, dan pada akhirnya, mungkin menjadi kunci keberhasilannya di Tour de France.

Hanya waktu yang akan menjawab, namun satu hal yang pasti: kita sedang menyaksikan era keemasan bersepeda dengan persaingan yang ketat dan menegangkan.